This is default featured slide 1 title

Sumpah Palapa Gajah Mada.

Situs Gunung Padang

Situs Gunung Padang yang Diakui Oleh orang Arab Sebagai Piramida Padahal Sejatinya Itu Adalah Situs Peninggalan hindu.

Save Trowulan

Jaga Situs Kota trowulan Sampai Titik Darah penghabisan. Satukan Kembali Nusantara

Pulau Bali

Pulai Bali telah Menjadi Pusat Hindu Dunia

Save Bali

Jaga Bali. Jangan Biarkan Mereka Merusak Mengatasnamakan Agama.

Wednesday, 13 June 2012

CERITA MENGHARUKAN DARI SEEKOR TIKUS



Sepasang suami istri petani pulang ke rumah setelah berbelanja. Ketika mereka membuka barang belanjaan, seekor tikus memperhatikan dengan seksama sambil menggumam,
"Hmmm...makanan apa lagi yang dibawa mereka dari pasar?"

Ternyata, salah satu yang dibeli oleh petani ini adalah perangkap tikus. Sang tikus kaget bukan kepalang. Ia segera berlari menuju kandang dan berteriak,
"Ada perangkap tikus di rumah!....di rumah sekarang ada perangkap tikus!...."
Ia mendatangi ayam dan berteriak,
"Ada perangkap tikus!"
Sang Ayam berkata,
"Tuan Tikus, aku turut bersedih, tapi itu tidak berpengaruh terhadap diriku"

Sang Tikus lalu pergi menemui seekor Kambing sambil berteriak.
Sang Kambing pun berkata,
"Aku turut bersimpati...tapi tidak ada yang bisa aku lakukan."
Tikus lalu menemui Sapi. Ia mendapat jawaban sama.
" Maafkan aku, tapi perangkap tikus tidak berbahaya buat aku sama sekali"
Ia lalu lari ke hutan dan bertemu ular.
Sang ular berkata,
"Ahhh...Perangkap Tikus yang kecil tidak akan mencelakai aku"

Akhirnya Sang Tikus kembali ke rumah dengan pasrah mengetahui kalau ia akan menghadapi bahaya sendiri. Suatu malam, pemilik rumah terbangun mendengar suara keras perangkap tikusnya berbunyi menandakan telah memakan korban. Ketika melihat perangkap tikusnya, ternyata seekor ular berbisa. Buntut ular yang terperangkap membuat ular semakin ganas dan menyerang istri pemilik rumah. Walaupun sang Suami sempat membunuh ular berbisa tersebut, sang istri tidak sempat diselamatkan.

Sang suami harus membawa istrinya ke rumah sakit dan kemudian istrinya sudah boleh pulang, namun beberapa hari kemudian istrinya tetap demam. Ia lalu minta dibuatkan sop ceker ayam oleh suaminya(kita semua tau, sop ceker ayam sangat bermanfaat buat mengurangi demam). Suaminya dengan segera menyembelih ayamnya untuk dimasak cekernya. Beberapa hari kemudian sakitnya tidak kunjung reda. Seorang teman menyarankan untuk makan hati kambing. Ia lalu menyembelih kambingnya untuk mengambil hatinya. Masih, istrinya tidak sembuh-sembuh dan akhirnya meninggal dunia.

Banyak sekali orang datang pada saat pemakaman. Sehingga sang Petani harus menyembelih sapinya untuk memberi makan orang-orang yang melayat. Dari kejauhan...Sang Tikus menatap dengan penuh kesedihan. Beberapa hari kemudian ia melihat Perangkap Tikus tersebut sudah tidak digunakan lagi.

"SUATU HARI.. KETIKA ANDA MENDENGAR SESEORANG DALAM KESULITAN DAN MENGIRA ITU BUKAN URUSAN ANDA... PIKIRKANLAH SEKALI LAGI.. "

BERBAGI DAN BERBAHAGIALAH



Alkisah, ada seorang anak kelas 5 SD bernama Adi. Setiap hari, Adi tiba di sekolah pagi-pagi sekali. Biasanya saat ia datang, belum ada satu pun teman sekelasnya yang datang.

Suatu hari, saat istirahat, Adi terkejut melihat bekal yang dibawanya dari rumah berkurang separuh . “Siapakah gerangan yang mengambil bekalku?” batinnya dalam hati sambil mengitarkan pandangan curiga ke seputar kelas.

Sepulang dari sekolah, diceritakan kasus bekal yang hilang kepada ibunya. “Ibu tidak lupa menyiapkan bekal untukku sebanyak dua potong kan?” tanya Adi penasaran.

“Iya, Ibu ingat sekali menyiapkan bekalmu dua potong, bukan sepotong,” jawab ibu Adi meyakinkan.
Seminggu kemudian, saat kembali ke kelas, tanpa sengaja, Adi terkejut melihat penjaga sekolah mengendap-endap memasuki kelas yang masih kosong. Dia membuka tas Adi dan mengambil sepotong bekalnya. Kemudian bergegas pergi dengan muka tampak tertekan dan murung.

Sepulang dari sekolah, Adi menceritakan kejadian itu kepada ibunya. “Ibu, ternyata pencurinya si penjaga sekolah. Apa yang harus Adi lakukan, Bu? Kalau Adi laporkan ke wali kelas atau kepala sekolah, dia pasti diberi sanksi, bahkan mungkin dikeluarkan dari sekolah. Kasihan kan, Bu. Walaupun orangnya baik, tapi yang diperbuat kan salah”.

Dengan tersenyum sayang, ibunya menjawab, “Saran ibu, jangan dilaporkan dulu ke sekolah. Ibu kenal baik keluarga penjaga sekolahmu itu. Dia bukan penjahat. Pasti karena terpaksa dia mengambil setengah bekalmu. Dan masih berbaik hati meninggalkan setengahnya untuk Adi agar Adi tidak kelaparan. Begini saja, besok akan Ibu siapkan bekal lebih banyak, dua kali dari biasanya. Adi berikan sebungkus kepada penjaga sekolah. Cukup berikan saja, tidak perlu menegur atau berkata apapun kepadanya. Kita lihat apa reaksinya, setuju?”

Keesokan harinya, Adi menemui penjaga sekolah dan menyerahkan sebungkus bekal. Penjaga sekolah terkejut sesaat, wajahnya pucat dan takjub. Dengan tangan gemetar, diterimanya bingkisan itu. Tampak matanya berkaca-kaca.

Sambil terbata-bata dia berkata, “Terima kasih, terima kasih Nak. Bapak minta maaf telah mengambil setengah jatah bekal Nak Adi. Bapak sungguh menyesal dan dihantui perasaan bersalah. Bapak lakukan karena terpaksa. Anak bapak sakit, sedangkan uang kami tidak cukup untuk membeli makanan karena istri bapak memerlukan biaya untuk melahirkan. Mohon maafkan Bapak, Nak. Bapak berjanji tidak akan mengulanginya. Dan terima kasih karena tidak melaporkan kepada pihak sekolah sehingga Bapak masih bisa bekerja. Sampaikan permintaan maaf dan terima kasih kami pada ibumu. Sungguh beliau seorang ibu yang baik dan bijak”. Sambil mengangguk senang, Adi meninggalkan penjaga sekolahnya.

Teman-teman yang luar biasa,
kesalahan, walau dengan alasan apapun, tidak akan menjadi benar. Mau menyadari, mengakui kesalahan, dan meminta maaf adalah sebuah kebesaran jiwa. Dan berjanji untuk tidak mengulangi adalah kebijaksanaan tertinggi.

Sebaliknya, bisa memaafkan orang yang bersalah kepada kita bahkan rela memberi bantuan dan menyadarkannya, bukan hanya damai di hati tetapi sekaligus menunjukkan kita, manusia, sebagai makhluk yang ber-Tuhan. Maka jelas sekali, jika bisa berbagi, kita akan bahagia

Monday, 11 June 2012

DISEMBUHKAN KARENA MENGAMPUNI

DISEMBUHKAN KARENA MENGAMPUNI

       
Saya adalah seorang wanita muda dari desa kecil di Kupang NTB, nama saya  Marietha. Tiga tahun yang lalu saya divonis oleh dokter di RS Panti Rapih Jogja bahwa saya menderita Kanker Payudara stadium 1B. Selama 1 tahun lebih saya berusaha minum obat2an tradisional dan teh hijau, tapi setelah 1 tahun saya check kembali kedokter di Panti Rapih, stadium bertambah menjadi 2B, kemudian oleh seorang ibu di Semarang, saya dianjurkan ke seorang Pendeta Hindu untuk didoakan.

          Pada waktu tangan Pendeta menumpangkan tangan di atas kepala saya,dia berkata: "Anda pasti meyimpan dendam yang sudah lama kepada seseorang yang disimpan di hati"

Mendengar itu saya menangis ter-sedu2 dan saya katakan kepada Pendeta: "Benar , saya memang membenci ayah saya sejak saya di SMP, karena ayah saya telah mengkhianati ibu, 2 kakak saya dan saya. Kami diusir dari rumah kami, kemudian ayah dan seorang wanita menempati rumah yang sudah ber-tahun2 kami tempati itu. Sejak saat itu ibu saya sakit2an dan akhirnya meninggalkan kami se-lama2nya. Dan sejak itu saya memendam kebencian terhadap ayah."

Setelah mendengarkan cerita saya, Pendeta berkata: "Ya, itulah BIANG dari penyakit anda, selama anda tidak mau mengampuni ayah, obat apapun tidak akan menyembuhkan anda. Dan mengampuni bukan hanya dengan kata2 tapi harus dibuktikan dengan perbuatan."

Setelah itu saya minta ijin cuti selam 6 bulan untuk menengok dan merawat ayah, karena saya dengar dari saudara, kalau ayah terkena stroke. Selama 6 bulan itu saya merawat ayah dengan cinta kasih yang tulus. Selama bersama ayah, saya tidak minum obat apapun.

Setelah selesai masa cuti, sebelum kembali ke Kupang, saya ke RS Panti Rapih di Jogja untuk check up, dokter yang merawat saya sangat heran dan bertanya: "Anda minum obat apa selama ini?" Saya jawab kalau tidak minum apa2, dan saya balik bertanya ada apa dokter?

Dokter menjawab dari hasil pemeriksaan, baik darah maupun USG semuanya NEGATIVE. Langsung saya jawab obatnya PENGAMPUNAN. Dokter heran dan bertanya apa maksud anda? Saya ceritakan semuanya, kemudian dokter berkata wah kalau begitu kepada pasien2 saya yang menderita kanker, saya akan bertanya apakah anda punya perasaan dendam atau benci terhadap seseorang. Kalau jawabannya ya, saya akan suruh berdamai dan memberikan pengampunan seperti anda, sambil ter-tawa2 si dokter menepuk pundaksaya.

Demikianlah pengalaman  yang Marietha alami. Semoga bisa dibagikan kepada saudara2 semua, bahwa PENGAMPUNAN itu sangat besar manfaatnya, tidak hanya untuk jasmani tapi juga rohani kita.


Salam Damai....

Gundahnya Sang Arjuna


Bermulalah di sini Gita suci yang dituturkan dari Yang Maha Suci Kreshna. Berkatalah Dhristarashtra :

1. Di dataran nan suci ini (dharmakshetra), tanah kebenaran, tanahnya para Kuru, berkumpullah putra-putraku beserta laskar-laskar mereka, dan juga putra-putra Sang Pandu (Ayahanda Pandawa) bersiap-siap untuk suatu yudha. Apa saja yang sedang mereka lakukan beritakanlah kepadaku, wahai Sanjaya.

(Keterangan) Kurukshetra disebut juga dharmakshetra, terletak di Hastinapura di utara kota New Delhi yang modern dewasa ini. Tempat ini di masa yang silam dianggap suci karena sering dipergunakan oleh para resi, kshatrya untuk bertapa, bahkan kabarnya juga oleh para dewa-dewa. Salah satu kata pertama yang disebut di sloka pembukaan Bhagavat Gita di atas ini adalah kata dharma, inilah inti sebenarnya yang harus diresapkan oleh sidang pembaca. karena inilah salah satu pesan sesungguhnya Bhagavat Gita. "Bangunlah jiwa dan ragamu dengan dan untuk dharma." Kata dharma berasal dari kata "Dhru" yang berarti "pegang." Dharma adalah kekuatan yang memegang hidup ini, dharma tidak terdapat dalam ucapan-ucapan manis. tetapi adalah kesaktian di dalam jiwa kita yang merupakan inti dari kehidupan kita.

Bermulalah di sini Gita suci yang dituturkan dari Yang Maha Suci Kreshna. Berkatalah Dhristarashtra :

1. Di dataran nan suci ini (dharmakshetra), tanah kebenaran, tanahnya para Kuru, berkumpullah putra-putraku beserta laskar-laskar mereka, dan juga putra-putra Sang Pandu (Ayahanda Pandawa) bersiap-siap untuk suatu yudha. Apa saja yang sedang mereka lakukan beritakanlah kepadaku, wahai Sanjaya.

(Keterangan) Kurukshetra disebut juga dharmakshetra, terletak di Hastinapura di utara kota New Delhi yang modern dewasa ini. Tempat ini di masa yang silam dianggap suci karena sering dipergunakan oleh para resi, kshatrya untuk bertapa, bahkan kabarnya juga oleh para dewa-dewa. Salah satu kata pertama yang disebut di sloka pembukaan Bhagavat Gita di atas ini adalah kata dharma, inilah inti sebenarnya yang harus diresapkan oleh sidang pembaca. karena inilah salah satu pesan sesungguhnya Bhagavat Gita. "Bangunlah jiwa dan ragamu dengan dan untuk dharma." Kata dharma berasal dari kata "Dhru" yang berarti "pegang." Dharma adalah kekuatan yang memegang hidup ini, dharma tidak terdapat dalam ucapan-ucapan manis. tetapi adalah kesaktian di dalam jiwa kita yang merupakan inti dari kehidupan kita.

Dan Kshetra berarti padang, ladang atau medan. Seyogyanyalah kita bertanya pada pribadi kita masing-masing, "apa sajakah yang selama ini yang telah kutanam dan kupetik dalam hidupku ini, dharma ataukah adarma? Bagi yang menanam dharma maka hidupnya akan menghasilkan karunia Ilahi, dan yang telah melakukan adharma maka kita dapat bercermin kepada para Kaurawa. "Bersiap-siap untuk suatu yudha," Kaurawa menginginkan perang, sedangkan para Pandawa sebenarnya menginginkan perdamaian. Sang Kreshna yang Maha Bijaksana berusaha agar perdamaian terwujud, tetapi para Kaurawa selalu menolaknya. maka untuk mempertahankan diri dan menegakkan dharma/kebenaran terpaksalah para Pandawa berperang walaupun dengan laskar yang sedikit. Tetapi yang sedikit ini akhirnya akan menang karena mereka berjalan tegak di jalan kebenaran.

Dalam ucapan Dhritarashtra yang mengatakan di atas "tanahnya para Kuru" dan juga '"putra-putraku," tersirat adanya rasa egois atau ahankara (angkara) yang besar. inilah sebenarnya sumber dari segala tragedi dalam hidup ini.


Berkatalah Sanjaya :

2. Kemudian pangeran Duryodana, setelah melihat barisan laskar para Pandawa yang teratur rapi, menghampiri gurunya dan berkata.

Yang dimaksud guru di sini adalah Dronacharya, guru sang Kaurawa dan Pandawa. Di Baratayudha ini Drona mendukung Kaurawa sampai akhir hayatnya.

3. Lihatlah wahai guruku, barisan laskar para Pandawa yang telah siap untuk berperang, mereka semua dipimpin oleh murid Sang Guru yang bijaksana, yaitu putra Sang Drupada.

Yang dimaksud "murid yang bijaksana" di sini adalah Dhristadyumna. la adalah putra Raja Drupada dari kerajaan Panchala. Dia diangkat para Pandawa menjadi panglima perang untuk pihak Pandawa; Dhristadyumna sebenarnya masih merupakan saudara ipar para Pandawa Dalam perang ini Resi Dorna akan membunuh Raja Drupada, kemudian Dhristadyumna akan membunuh Drona. Disusul putra Drona yang disebut Asvatama kemudian membunuh Dhristadyumna. Inilah lingkaran karma.

4. Di sinilah para pahlawan-pahlawan besar berkumpul, dari Bima, Arjuna dan yang tak kalah kehebatannya yaitu Yuyudana, Virata dan Drupada.

5. Juga Dhrishtaketu, Chekitana dan raja besar dari Kashi, Purujit, Kuntiboja dan Shaibya, semuanya pendekar-pendekar nan sakti wirawan.

6. Juga yang gagah berani yaitu, Yudhamanyu dan Uttamauja, Saubadra dan putra-putra Draupadi.

Bima :  Putra kedua dari Pandu. yang kedua dari para Pandawa.
Arjuna : Yang ketiga dari Pandawa bersaudara, dan yang paling dikasihi Sang Kreshna.
Yuyudana : Disebut Juga Setyaki. pahlawan yang gagah perkasa.
Virata: Raja dari Matsya-desha. seorang raja nan arif bijaksana. Selama pengasingan para Pandawa di hutan (13 tahun lamanya), tahun terakhir pengasingan ini para Pandawa menyamar dan bersembunyi di istana Raja Virata. Alkisah putri sang raja kemudian dikawinkan dengan Abimanyu, putra Arjuna.
Dhristaketu: Putra Sishupala, raja dari Chedi-desha.
Chekitana: Salah satu pendekar yang gagah berani yang memimpin salah satu dari tujuh divisi laskar Pandawa.
Purujit dan Kuntibhoja: Saudara-saudara laki dari ibu Kunti, ibunya sang Pandawa,
Shaibya: Raja suku Sibi. Duryodana menyebutnya sebagai banteng diantara manusia, karena ia adalah seorang pendekar sakti yang bertenaga luar biasa.
Yudhamanyu dan Uttamauja: Pangeran-pangeran dari Panchala, juga merupakan pendekar-pendekar nan sakti-wirawan. Keduanya dibunuh Ashvathama sewaktu sedang tidur.
Saubhadra: Putra Arjuna dan Subadra (adik sang Kreshna). la dikenal juga dengan nama Abimanyu. Dalam perang ini ia memperlihatkan kepahlawanannya yang luar biasa.
Putra-putra Draupadi: Mereka berjumlah lima orang, yaitu Prativindhya, Srutasoma, Srutakirtti, Satanika dan Srutukarman.

Pendekar-pendekar di atas semuanya kalau bekerja untuk perdamaian niscaya akan menghasilkan suatu suasana damai bagi semuanya, tetapi rupanya takdir menentukan yang lain, dan itulah misteri Ilahi yang tak akan mungkin terjangkau oleh kita manusia ini.
                                                 


                                                                                                                           Next >>

Friday, 8 June 2012

Dewi Durga

Dewi Durga
Durga di Kuil Kolkata
Durga
Durga
Patung Durga di Salah Satu Kuil Di Hindia
Dewi Durga

Dewa Krisna

Krisna Kecil
Krisna kecil dengan Ibu Yasoda

Krisna dan Arjuna
Krisna Mengangkat Bukit
Kuil Krisna
Krisna
Krisna
Krisna Dengan Seruling

Kumpulan Link

karena banyak sekali permintaan untuk menampilkan foto dewa-dewi Hindu. serta cerita Hindu yang dapat menginspirasi, jadi saya ingin mempermudah dalam akses anda untuk menikmati dan mencari foto serta cerita tersebut. ini link nya :

  1. Dewa Siwa 
  2. Dewa Brahma
  3. Dewi Saraswati
  4. Dewi Durga
  5. Dewa Krisna
  6. Sebuah Pura Untuk Tuhan
  7. Berbagi dan Berbahagialah
  8. Cerita Mengharukan Se Ekor Tikus

MAHA PRALAYA


MAHA PRALAYA
 KIAMAT MENURUT AGAMA HINDU
"Kalau saja Aku berhenti bekerja, maka dunia ini jatuh dalam kemusnahan dan Aku akan menjadi sebab dari kekacauan hidup dan menghancurkan semua makhluk"  (Bhagawad Gita III. 24)


Benarkah kiamat akan terjadi 21 Desember 2012? Ini lah momok yang menghantui dunia saat ini, setelah film "2012" Virus hari kiamat datang lagi. Sebenarnya hari kiamat atau the judgement day (hari penghitungan amal) bukanlah hal baru, karena sudah dibicarakan sejak tahun 500 M. banyak ramalan dilontarkan, pehitungan diutarakan. Misalnya seorang pendeta dari korea selatan mengatakan bahwa hari kiamat akan tiba pada bulan Oktober 1992. Wacana hari kiamat akan muncul lagi setelah "The Mayan Prophecies" (1995) spekulasi interpretasi Kalender Bangsa Maya, apa lagi film "2012 dirilis, yang meramalkan kiamat akan terjadi pada 21 Desember 2012 atau akhir siklus 5.125 kalender kuno Bangsa Maya. Dramatisasi kiamat suku Maya juga dikaitkan dengan proceedings of the National Academy Of Scineces, yang menyatakan lebah - lebah mati karena patogen dan 'pengurangan keragaman genetik' yang terjadi. Juga spekulasi ilmiah ledakan Betelguese yang digambarkan ilmuwan sebagai Core-Collapse Type II Supernova yang kemungkinan menyebabkan terjadinya pemusnahan Bumi, ditambah mitos Planet nibiru yang akan menghujani bumi tahun 2012. Hari kiamat sebenarnya berasal dari Kepercayaan Zoroaster, kemudian diadopsi oleh agama-agama maupun yahudi.
Hindu menyebut Maha Pralaya sebagai hari kiamat, berkaitan erat dengan evolusi umur bumi yang disebut Yuga. Kosmologi Hindu, menyatakan alam semesta dibangun dari lima unsur, disebut dengan Pancamahabutha. yakni :
1. Pertiwi atau zat padat
2. Apah atau Zat cair
3. Teja atau Api
4. Bayu atau Angin
5. Akasa atau Ether

Awal dari proses penciptaan, diawali dari terciptanya Brahmanda atau telur tuhan. pada saat yang bersamaan terbentuk Purusa atau kekuatan kejiwaan dan Pradhana atau kekuatan Kebendaan. Pertemuan dua kekuatan ini mengakibatkan terciptanya alam semesta secara berangsur-angsur. Mula-mula muncul citta (alam pikiran), yang mulai dipengaruhi oleh sattwam, rajas dan tamas. Tahap selanjutnya Terbentuk Triantahkarana, yang terdiri dari Buddhi atau naluri, Manah atau akal pikiran dan perasaan, Ahamkara atau rasa ke Akuan. Selanjutnya munculah Pancabuddhindria dan pancakarmendria.

"Dunia" yang tercipta pada saat penciptaan (srsti) bersifat kekal abadi karena diciptakan dariNya sendiri sepeti dinyatakan dalam kitab Upanisad : "purnamadah purnamidam, purnt purnam udayate, purnasya purnamadya, purnam eva awacisyate"
artinya : "Tuhan itu Maha Sempurna, alam semesta inipun sempurna, dari yang sempurna lahirlah yang sempurna, walaupun dari yang sempurna (tuhan) diambil oleh yang sempurna (alam semesta) tetapi sisanya (tuhan) tetap sempurna adanya"

  Seloka ini menunjukan bahwa alam diciptakan dan akan kembali kepadaNya. Saat itulah terjadi Maha Pralaya atau kiamat. Ibarat laba-laba membentuk jaring dari badannya dan saat Maha Pralaya itu terjadi benang akan ditarik lagi ke dalam dirinya. Jadi Maha Pralaya akan terjadi dalam suatu siklus yang sangat panjang dan rumit. Karena Maha Pralaya berhubungan dengan  siklus waktu yang disebut yuga, kalpa, manwantara menuju Maha Pralaya.

Bahwa alam semesta diciptakan, dimusnahkan, dan diciptakan lagi menurut siklus yang berputar abadi. Siklus ini dinamakan Kalpa atau seribu Yuga. satu kalpa sama dengan 4.320.000.000 tahun bagi manusia, atau sama dengan satu hari bagi Brahma. Kosmlogi Hindu, mengatakan alam semesta berlangsung satu kalpa, setelah itu dihancurkan oleh unsur api atau air. Lalu, Brahma beristirahat semalam. Proses itu disebut Maha Pralaya dan berulang-ulang selama seratus tahun bagi Brahma. (311 triliun tahun bagi manusia).

Maha Yuga diawali zaman keemasan yang disebut dengan Satyuga, diakhiri zaman kegelapan yang disebut dengan zaman Kaliyuga yang kini sedang berlangsung. ketika kaliyuga berakhir, zaman baru akan muncul, dimana manusia-manusia jahat sudah dibinasakan sebelumnya untuk memulai kehidupan baru yang lebih baik dan damai.

Dalam wujud Awatara, wisnu turun kedunia untuk menyelamatkan umat manusia. awatara yang terakhir adalah kalki awatara yaitu wujud dewa wisnu sebagai seorang ksatria yang memegang  pedang yang sangat tajam serta menunggangi seekor kuda putih. pada saat nya nanti kalki awatara akan menumpas semua orang jahat dengan memenggal kepalanya menggunakan pedang tersebut.dalam kitab suci dikatakan kalki awatara belum terjadi. kalki awatara terjadi pada saat zaman kali yuga atau zaman sekarang berakhir, maka kalki awatara akan menyelamatkan dunia.

SEBUAH PURA UNTUK TUHAN


Pusalar Membangun Pura
         
Pusalar hidup di sebuah desa kecil di india selatan. Ia ingin membangun sebuah pura untuk Tuhan. Lalu ia memulainya dengan menggali pondasi disamping pondoknya diladangnya yang sempit. Setelah beberapa lama, lobang pondasi itu tetap menganga. Pusalar tidak mampu membeli batu bata untuk meneruskan pembangunan pura itu. Ia hamper putus asa. Tiba-tiba pikiran brilyan nya muncul di benaknya. Apa itu? Tak seorang pun orang yang tahu kecuali tuhan. Pusalar mulai menggali pondasi dilahan baru itu. Ia mulai membangun pura pura sedikit demi sedikit. Ia memasang batu bata sehari satu buah. Ia tidak mau buru-buru untuk menyelesaikan pura nya itu, sekalipun ia mampu, karena toh itu semua hanya dalam hati kecilnya. Sebab segala sesuatu mulainya dari hati yang suci. Ia ingin menikmati pekerjaan ia persembahkan untuk tuhan.

Satu hal sangat diperhatikan oleh pusalar dalam membangun pura itu, pintu puranya harus lebar. Agar setiap orang, terutama anak-anak dapat keluar dan masuk dengan nyaman. Dengan demikian mereka akan senang ke pura. Pusalar berpendapat, setiap orang harus mudah bertemu tuhan. Sebab tuhan tidak pernah mempersulit orang-orang yang ingin bertemu dengan-NYA
         
            Setelah bekerja keras selama satu tahun akhirnya pura yang dibangun oleh pusalar dapat terselesaikan. Ia merasa sangat lega dan bahagia. Ia bermaksud meresmikan pura itu, melakukan kumba abhiseka atau ngenteg linggih. Ia memohon kepada tuhan : “YA TUHAN, pura yang ku bangun untuk MU sudah hamba selesaikan. Besok saya akan melakukan upacara yang sederhana itu. Tapi Tuhan, tidak aka nada orang lain yang akan menyambut MU, kecuali saya sendiri Tuhan. Saya tidak memberi tahukan upacara ini kepada orang bukan karena apa-apa, saya hanya khawatir mereka akan menertawai saya.

Bagai mana kelanjutan cerita ini? Mari kita jauh pergi ke sebuah istana yang sangat megah, karena disana sang maha raja akan membangun pura. Selamat membaca!!

Maha Raja Membangun Pura
         
            Entah kebetulan atau tidak, ketika pusalar mulai membangu sang maha raja juga memulai membangun sebuah pura di alun-alun di depan istana, ditengah-tengah ibu kota. Pura itu haruslah sebuah pura yang sangat megah, sebagai lambang kemegahan dari kerajaan yang makmur. Raja mendatangkan arsitek, tukang batu dan tukang ukir pilihan dari seluruh dunia. Bahan-bahan, seperti batu bata, marmer, kayu, batu, dipilih yang terbaik dari seluruh negeri. Ketika sudah selesai, pura itu menjadi konumen yang begitu megah dan mengagumkan. Ia merupakan hasil karya seni yang tinggi. Raja memutuskan untuk melakukan upacara kumba abhiseka yang besar dan megah. Rajamengundang paa duta besar Negara sahabat,. Sebuah pesta besar untuk rakyat telah dipersiapkan. Malam sebelum upacara itu, dalam tidurnya Maha Raja di datangi oleh tuhan.
            Tuhan berkata :  “kamu harus mengundurkan upacara kumba abhiseka ini sehari!!”
            Raja kaget        :   “tuhan, semua sudah hamba siapkan. Ada apa gerangan?”
Tuhan bersabda: “ besok aku akan menghadiri upacara kumba abiseka pura yang dibangun         oleh pusalar. Jadi baginda harus mengundurkan  acara kumba abiseka tersebut.

Tuhan tiba-tiba menghilang. Maha raja pun terbangun dari tidurnya. Ia kaget dan kecewa. Siapa gerangan pusalar itu? Aku belum mendengar ada orang lain yang membangun pura diseluruh wilayah negriku. Siapa gerangan pusalar sehingga tuhan harus mendahulukan dia dari pada aku?
         
            Pagi itu juga maharaja mengadakan siding paripurna secara mendadak. Agenda sidang hanya satu : hari itu juga ia harus tahu siapa pusalar dan dimana ia tinggal. Tengah hari informasi diperoleh. Dan Maha raja berangkat menuju desa dimana pusalar tinggal. Seluruh desa kecil itupun sangat kaget dengan kedatangan sang maha raja yang tiba-tiba itu. Untuk apa raja mengunjungi pusalar? Ada apa dengan pusalar? Selama ini tidak ada yang memperdulikan petani miskin itu. Maha raja menghampiri gubuk Pusalar yang sangat sederhana. Pusalar kaget sekali, dan ia segera menyentuh kaki sang maha raja.
            “dimana puramu pusalar?” maha raja bertanya. Pusalar menjadi sangat malu. Selama ini tidak ada orang yang tahu mengenai pura itu, karena semua itu hanya pusalar yang tahu. Mungkin hanya orang bodoh dan miskin seperti dirinya yang membangun pura. Takut ditertawakan oleh penduduk desa yang berkerumun ingin tahu, serta para pengiring raja yang penuh waspada, ia mencoba mengingkarinya. Maha raja lalu menceritakan mimpinya kepada pusalar. Pusalar kini merasa tidak takut lagi, karena tuhan mengetahui dan meberkati apa yang ia kerjakan. Pusalar menunjukan dadanya  :  “Di Sini Yang Mulia!”
            Mendengar penjelasan pusalar, sang maha raja membungkuk dan menyentuh kaki pusalar.

Sungguh cerita yang sangat menyentuh hati bukan?
Tunggu cerita-cerita yang lainnya yang akan saya berikan kepada anda.
NAMASKAR

Thursday, 7 June 2012

BALI DIPECAH SECARA SISTEMATIS


Pedanda Gunung mengatakan sejak tahun 1930 Bali telah dibidik kelompok tertentu, Tapi tidak
berhasil. Kini, muncul UU Pornografi,
sehingga eksistensi masyarakat Bali
semakin terdesak

Pemprov Bali sangat serius menyikapi pengesahan UU Pornografi oleh DPR, yang ditentang keras. masyarakat Pulau Dewata. Bahkan, 28 sulinggih dan semua kabupaten di Bali dikumpulkan untuk mencani masukan, dalam acara pesamuan khusus yang digelar di Wantilan Pura Besakih, Sabtu (22/ 11). Dan pesamuan itu, kalangan sulinggih merasa telah dipecundangi oleh UU Pomografi.

Acara pesamuan sulinggih di Wantilan Pura Besakih, Desa Besakih, Kecamatan Rendang,
Karangasem, Sabtu pagi dihadiri Gubernur Bali Made Mangku Pastika,
Ketua DPRD Bali IBP Wesnawa, dan Kepala Biro Hukum Pemprov Bali I Gede Sudibia, selain 28 Pedanda.

Pesamuan sulinggih se-Bali ini diprakarsai Biro Kesra Pemprov Bali atas mstruksi Gubernur. Sebanyak 28 sulinggih diundang khusus untuk mencani masukan dan menyamakan persepsi soal UU Pornografi yang telah disahkan DPR, 30 Oktober 2008. Sedangkan Wantilan Pura Besakih dipilih sebagai tempat pelaksanaan pesamuan 28 sulinggih, sekalian untuk sembahyang bersama pada pura terbesar di Indonesia tersebut.

Adalah Gubernur Pastika sendiri yang langsung bertindak sebagai semi moderator dalam paruman sulinggih untuk menyikapi UU Pornografi, yang digelar sejak pagi pukul 10.00 Wita tersebut. Setiap sulinggih menuangkan unek-unek mereka, yang dipandu dan dijawab sendini oleh Gubernur Pastika.

Pertanyaan tajam dari sulinggih soal lolosnya UU Pomografi ini, tak pelak, ikut menyodok Gubernur. “Kenapa kedua kaki Gubernur tidak sepenuhnya membela rakyat Ba1i? Pedanda di Bali merasa sudah kalah atas diberlakukannya UU Pornografi itu. Apa ada celah untuk membatalkan UU Pornografi itu?” tanya Ida Pedanda Gede Buruan, dari Griya Sanding, Desa Pejeng, Kecamatan Tampaksiring, Gianyar. “Pedanda hanya memberikan dukungan sesuai swadharmaning sebagai sulinggih. Jangan sampai atas dasar UU Pornografi itu, pelaksanaan adat dan agarna kita di Bali nantinya justru dicap pornografi,” lanjut Ida Pedanda Gede Buruan
Pertanyaan tak kalah pedas dilontarkan Ida Pedanda Gede Made Gunung, dari Grya Purnawati, Desa/ Kecamaan Sukawati, Giányar. “Sejauh mana kekuatan rakyat Bali untuk melawan UU Pornografi itu?” tanya Pedanda Gunung. Ditambahkan Pedanda Gunung, sejak tahun 1930, Bali telah dibidilc kelompok tertentu, tapi tidak pernah berhasil. Kini, muncul UU Pornografi. “Saya
dengar Komponen Rakyat Bali berencana melakukan judicial review terhadap UU Pornografi itu. Saya mendukungnya,” jelas Pedanda Gunung. “Namun,jikatidakbethasil, apa nantinya yang digunakan untuk mempertahankan eksistensi Bali?” imbuh bintang dharma wacana ini.
Pedanda Gunung menyebutkan, arca (patung-patung) di beberapa tempat suci yang dianggap porno, tidak mungkin dibongkar hanya gara-gara lahirnya UU Pornografi. “Kita sebenarnya tidak menolak pornografi. Tapi, definisi porno yang dibuat dalam UU itu tidak bisa kita diterima Budaya Nusantara yang agung ini telah dinodai,” tandas Pedanda Gunung.

Sementara, Ida Pedanda Wayan Bun dan Griya Sanur, Desa Pejeng, Kecamatan Tampaksiring, Gianyar juga melontarkan sikap senada. Pedanda Bun mengingatkan, jangan beranggapan kalangan wiku tidak berhak menjalankan dharmanegara. Namun, dharma negara yang dijalankan bukan dengan cara demo, melainkan lewat berdoa.

“Kekuatan doa paling ampuh, langsung berhubungan dengan Sang Maha Pencipta. Mari bela tanah Bali bersama-sama. Dalam perang Bharata Yudha, Prabu Salya yang terkenal sakti itu juga bisa dibunuh (oleh keponakannya, Dharma Wangsa), hanya dengan menggunakan senjata Kalima Sada,” jelas Pedanda Bun seolah memberikan dorongan semangat kepada Gubernur dan Ketua DPRD dalam perjuangan menolak UU Pornografi.

Tekanan dari Ida Pedanda Gede Wayan Keniten, asal Klungkung, lebih
tegas lagi. “Saya hanya berharap Gubernur dan DPRD Bali konsisten menolak UU Pornografi,” pinta Pedanda Keniten. Hal senada dipaparkan Ida Pedanda Gede Telaga, asal Denpasar “Kalau bisa, bagaimanalah caranya agar UU Pornografi itu tidak ditandatangani Presiden,” pinta Pedanda Telaga. Sementara, Ida Bujangga Kemenuh (dari Buleleng) menilai bahwa dengan disahkannya UU Pornografi oleh DPR, maka karma Bali mulai terdesak. Karena itu, harus dilakukan perlawanan terhadap UU yang potensial memecah persatuan dan meniadakan kebhinnekaan ini.

Ida Pedanda Ketut Abah dari Griya Jungutan, Desa Bungaya, Kecamatan Bebandem, Karangasem juga menyampaikan kekhawatirannya atas kehadiran UU Pornografi. Dia mempertanyakan maksud UU Pornografi itu. Ditegaskan Pedanda Abah, dalam cerita Arjuna Wiwaha, termuat adanya sejumlah bidadari mandi telanjang menggoda Arjuna (putra kedua dari lima Pandawa) yang sedang bertapa. Dalam kehidupan sehari-hari di pedesaan di Bali saat ini pun, banyak perempuan mandi telanjang di sungai hingga susunya terlihat jelas. “Apa yang model itu juga kena UU Pornografi?” Tanya Pedanda Abah. “Patung Acintya dipasang di setiap puncak palinggih Pura Jagatnatha. Kalau semua itu dilarang, nantinya bagaimana jadinya jagat Bali?”
sambung Ida Sri Bhagawan Wira Panji Yoginanda, dari Griya Taman Puri Pagerwesi Ashram, Kubutambahan, Buleleng.

Menanggapi unek-unek kalangan sulinggih itu, Pastika selaku Gubernur Bali menyatakan tidak bias menolak diberlakukannya UU Pornografi. Pasalnya, Gubemur terikat sumpah jabatan dan merupakan perpanjangan tangan pemerintah pusat. “Setelah kami rundingkan, Rakyat Bali tak bisa menerima UU Pornografi. Tapi, yang menolak bukan pemerintah Bali,” jelas Gubernur. Ditambahkan Gubernur, begitu Presiden menandatangani UU Pornografi, maka sahlah berlakunya UU ini di seluruh Indonesia. Sementara, judicial review baru bisa ditempuh Rakyat Bali ke MK, jika UU Pornografi telah ditandatangani Presiden. Menurut Gubernur, UU Pornografl dibuat atas inisiatif DPR, yang sarat muatan politik tingkat tinggi.

“Yang paling diincar dalam pemberlakuan UU Pornografi itu adalah Bali. Makanya, saya selaku pribadi mendukung rencana judicial review,” katanya. Menurut Gubernur, keberadaan UU Pornografi merupakan masalah besar bagi Bali, karena mengancam eksistensi kehidupan masyarakat setempat. Lewat UU Pornografi ini, kata Gubernur, tanya masyarakat Bali diarahkan agar terpecah belah secara sistimatis, hingga menjadi lemah. “Saya memprediksi, kemungkinan UU Pornografi itu tidak akan ditandatangani Presiden. Maka, dampak secara politiknya nanti agak beda,” jelas Gubernur. Gubernur mengaku telah berkoordinasi dengan Kapolda Bali. Intinya, kalau UU Pornografi diberlakukan secara nasional, maka untuk sementara tidak mungkin diterapkan di Bali. “Saya bergeming sedikit pun untuk membela Bali, apapun resikonya.

Setiap detik hidup saya untuk Bali. Presiden tidak mungkin memecat saya.”
Sementara itu, Ketua DPRD IBP Wesnawa menyatakan Bali telah diguncang ledakan bom ketiga karena UU Pornografi. Bom ketiga dibuat dan dirancang DPR bernama UU Pornografi,” katanya.

Melihat Dari Dekat Pura Jagadhita, Manado


Menjadi minoritas di sebuah wilayah dengan mayoritas agama berbeda tak membuat krama Hindu di Manado berkecil hati. Apalagi kini mereka sudah memiliki Pura Khayangan Tiga. Bagaimana aktivitas mereka?

Mencari pura di Manado, Sulawesi Utara (sulut) tentu bukan urusan gampang. Maklum, mayoritas warga ibukota Sulut ini beragama Kristen dan Islam. Namun beruntung karena ternyata di kota yang berjarak ratusan kilometer dari pusat Hindu di Bali itu, terdapat sebuah pura agung. Namanya Pura Jagadita. Tidak susah mencari Pura jenis Khayangan Tiga di Sulawesi Utara tersebut. Lokasinya masih berada di salah satu kecamatan Kota Manado, tepatnya berada di Desa Kaas, Kecamatan Tikala, di Jalan Siswa Delapan, No 103.

Daerah ini masih bisa dikategorikan pusat kota Manado. Dari tempat kami menginap di Jalan Piere Tendean, hanya butuh waktu sekitar setengah jam menggunakan bus untuk menuju ke pura ini. Hanya kondisi jalannya agak sempit. Lebarnya hanya 5 meter dan berkelok-kelok seperti di kawasan Bedugul. Saking sempitnya di satu tikungan sebelum tiba di pelataran pura, bus yang kami tumpangi harus ngatret karena tidak bisa mendapat haluan.

Maklum pura Jagadita terletak di perbukitan. Ini juga disebabkan karena topografi Manado yang berbukit-bukit. Untuk bisa menggapai lokasi tersebut, kami para awak media tidak bisa langsung menemukan pura. Begitu turun dari bus, kami harus berjalan kaki mendaki bukit setinggi 60 meter. Ukurannya dekat, tapi karena kemiringannya hingga 60 derajat membuat beberapa awak media ngos-ngosan.

"Waduh kalau begini lututnya bisa bergetar," seloroh salah seorang awak media sambil tertawa.

Bersyukur rasa lelah kami akhirnya terbayar. Ketika berjalan sekitar 5 menit, salah seorang krama Bali menyapa dengan ramah. "Inggih, ngiring-ngiring," sahut salah seorang berpakaian upacara begitu kami tiba di pelataran pura. Pria tersebut kami kenal dengan nama Putu Tunas,50. Tunas mengaku pindah ke Manado sejak tahun 1977. Ia adalah Ketua Yayasan Jagadita, sebuah yayasan yang menaungi keberadaan Pura Jagadita. Tunas pula yang mengantarkan awak media menuju ke bagian jaba tengah pura untuk sembahyang bagi anggota rombongan yang beragama Hindu. Nah, untuk menuju berjalan kaki. Lumayan rombongan harus menapaki 115 anak tangga. Meski jumlahnya lebih sedikit, lokasi pura mengingatkan akan Pura Agung Besakih di Karangasem.

Tunas yang masih fasih berbahasa Bali ini dengan ramah menceritakan ihwal berdirinya Pura Jagadita.

"Kami memelaspas tahun 1994. Setelah tiga kali mencari lokasi tepat dan akhirnya menemukan lokasi di sini karena ada sumber mata airnya yang tidak pernah mati," ujar Tunas kepada awak media yang penasaran. Sebelum didirikan pura, lokasi pura hanya berisi padmasana buatan krama Bali.

"Kami membersihkan semak-semak di sini sedikit demi sedikit," terangnya menjelaskan perjalanan berdirinya Pura Jagadita ketika tahun 1980-an.

Pendirian pura baru dilakukan pada awal tahun 1983. Ketika itu menurutnya, krama Bali di Manado memiliki padmasana di desa Keleak, Manado. Lokasi padmasana merupakan pemberian PHDI Sulut dan seluas 3 are. Namun semakin hari, keberadaan padmasana dirasa tidak cukup karena jumlah krama kian bertambah.

"Awalnya hanya puluhan tapi kini sudah ratusan," tuturnya.

Proses pendirian pura pun dilakukan dengan mengumpulkan dana punia dari berbagai pihak. Tidak itu saja, nasib baik juga menaungi krama Bali di Manado. Lantaran bisa mendapatkan tanah seharga Rp 3 juta untuk seluas 80 are. Akhirnya di tahun 1989, bangunan pura setinggi 9 meter didirikan.

Untuk membangunnya menghabiskan dana mencapai Rp 17,5 juta. "Padahal awalnya modal kami hanya Rp 3 juta," tegas pria asal Klungkung itu

Islam Bisa Menerima Yoga


Puluhan kelompok penekun yoga dari Indonesia dan sejumlah negara sahabat sejak Selasa (3/3) kemarin mengikuti International Bali-India Yoga Festival (IBIYF). Acara dibuka Gubernur Bali diwakili oleh Karo Kesra Gusti Putu Yudi Arnawa, S.H. di Monumen Perjuangan Rakyat Bali, Bajra Sandhi Renon.

Pembukaan kemarin dihadiri sejumlah sulinggih termasuk Ida Pedanda Made Gunung, Bupati Gianyar Tjok Ace dan tokoh lintas agama, pimpinan asram dan guru yoga asal India, Acharya Laxmi Narayan.

Festival yang berlangsung hingga 10 Maret nanti menurut Ketua IBIYF, Dr. Somvir tiap pagi diisi dengan pelatihan yoga secara gratis di lapangan Renon. Sementara di Bali-India Foundation (BIF) dilakukan pameran buku dan lukisan yang bertemakan soal yoga.

Somvir menginginkan tiap tahun penekun yoga berkumpul di Bali untuk perdamaian dan festival. Yoga memang lahir di India dan Bali tempat yang bagus untuk yoga. Ia mengharapkan festival ini bisa diikuti masyarakat Bali karena bertemakan yoga untuk kesehatan dan perdamaian.

Tokoh Islam dari Univ. Negeri Islam Jakarta Prof. Dr. H. Salman Harun saat menjadi pembicara tunggal menegaskan bahwa Islam tak ada masalah dengan yoga. Yoga adalah pandangan hidup dan mengajak orang berbuat kebaikan. Ini sejalan dengan ajaran Islam. Kita dilahirkan penuh dengan perbedaan bukan untuk saling membunuh melainkan saling mengenal dan harmoni. Makanya ia menegaskan Islam menerima yoga apalagi misinya perdamaian karena arti Islam sendiri adalah damai. Hanya saja ia akui citra Islam berubah dicap sebagai teroris karena perubahan mainset oknum tertentu. 'Keimanan bukan urusan manusia saat ini tapi nanti di sisi Tuhan,' ujarnya seraya mengajak umat untuk tak saling menghujat agama lain.

Sementara itu Ketua Yayasan BIF Prof. Dr. I Nyoman Sirtha memaparkan festival yang kali pertama diadakan BIF ini untuk menggairahkan yoga di kalangan masyarakat dan membantu perkembangan pariwisata spiritual di Bali. Yoga selain baik bagi kesehatan, juga bisa dijadikan media untuk mengumpulkan devisa negara.

Acara pembukaan semalam makin meriah berkat penampilan 20 menit Didik Nini Thowok dengan tari 'Panca Muka' untuk memberi pesan bahwa yoga itu sangat universal.

Agenda IBIYF hari ini, Rabu (4/3) diadakan festival yoga oleh klub yoga se-Indonesia di Bajra Sandhi. Kamis (5/3) di BIF digelar seminar bertemakan Yoga dan pluralisme serta pandangan Islam tentang perdamaian

Ditemukan pemandian zaman Hindu di Pringapus


PRINGAPUS - Sebuah bangunan kuno yang diperkirakan berupa pemandian peninggalan zaman Hindu ditemukan di Desa Derekan, Kecamatan Pringapus, Kabupaten Semarang. Keberadaan pemandian ini diperkirakan satu rangkaian dengan Candi Ngempon yang lokasinya tak jauh dari pemandian yang baru saja ditemukan tersebut.

Keterangan yang dihimpun di lokasi penemuan, Selasa (30/6), menyebutkan orang yang kali pertama menemukan pemandian tersebut adalah Supriyanto (45) warga Derekan. Penemuan benda cagar budaya itu bermula saat Supriyanto hendak membuat tangga sebagai jalan menuju pemandian air hangat yang letaknya dibawah bangunan kuno ditemukan.

Menurut Supriyanto, saat menggali tanah berkedalaman sekitar 1,3 meter mata cangkulnya membentur benda keras. Setelah tanah sekitarnya digali ditemukan sebuah susunan batu berbentuk balok. Ia lantas melaporkan penemuan itu kepada petugas Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala (BP3) Jawa Tengah yang berada di Candi Ngempon.

”Susunan batu itu tertanam dalam tanah. Saya menemukan saat akan membuat anak tangga untuk jalan menuju tempat pemandian di bawah susunan batu itu. Penemuan ini sudah saya laporkan kepada petugas purbakala di Candi Ngempon dan dinyatakan sebagai benda cagar budaya, ungkap Supriyanto saat dijumpai di lokasi penemuan, siang kemarin.

Atas penemuan itu Su-priyanto diminta untuk menghentikan penggalian oleh petugas BP3. Ia juga diwanti-wanti agar tidak mengubah posisi susunan batu.

Berdasarkan pengamatan dilapangan, susunan batu itu berupa balok berukuran panjang antara 50-60 cm dengan ketebalan 10-18 cm. Selain batu berupa balok juga terdapat batu bulat yang memiliki delapan sudut berdiameter 36 cm.

Menurut petugas BP3 Jateng Wagiyo, susunan batu yang baru terlihat satu sudut itu merupakan peninggalan zaman Hindu. BP3 masih menyelidiki struktur bangunan tersebut.

”Perkiraan sementara susunan batu itu berupa pemandian yang digunakan untuk bersih diri sebelum menuju ke Candi Ngempon.Diperkirakan dibangun bersamaan pembangunan Candi Ngempon, yakni sekitar abad VIII,’’ jelasnya.

Ia menambahkan, BP3 telah berkoordinasi dengan pemerintah desa Derekan dan masyarakat sekitar untuk ikut mengamankan. BP3 segera mengangani temuan itu karena rawan rusak dan hilang

Umat Hindu Harus Dijadikan Contoh



Umat Hindu Harus Dijadikan Contoh

Kerukunan Umat Sedang Diuji
Umat Hindu Harus Dijadikan Contoh

Jakarta (Bali Post) Jumat, 11 Pebruari 2011.
Menteri Agama Suryadharma Ali mengingatkan agar umat beragama di Indonesia mencontoh umat Hindu dalam masalah toleransi dan kerukunan umat beragama. “Umat Hindu memiliki kearifan yang luar biasa, karena sampai dengan hari ini tidak pernah ada gesekan dengan umat mana pun,” katanya usai menerima Panitia Nasional Perayaan Hari Raya Nyepi Tahun Baru Saka 1933 di Kementerian Agama, Jakarta, Kamis (10/2) kemarin.

Hadir dalam kesempatan tersebut, IBG Yudha Triguna (Penasihat), I Made Gde Erata (Ketua Umum PHDI), Erlangga Mantik (Ketua Umum Panitia), Wayan Koster (Sekretaris Umum), AAK Diatmika (Koordinator Puldok) dan Wayan Suharta (Ketua V). Selain mengundang Menag, panitia juga berharap Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Wapres Boediono hadir pada acara Dharma Shanti Nyepi yang dilaksanakan 20 Maret 2011 di Mabes TNI Cilangkap, Jakarta.

Menag mengingatkan agar umat Hindu selalu meningkatkan keimanan, peningkatan pengamalan dan penghayatan agama sehingga menjadi umat Hindu yang berkualitas yaitu mengamalkan ajaran agama dengan benar. Dengan demikian, kata Menag, umat Hindu akan menjadi warga negara yang penuh dengan iman, ketenangan, kesejukan, dan kebersihan hati.
Pada saat ini, kata Menag, kerukunan dan kehidupan umat beragama di Indonesia sedang diuji. Namun, Ketua Umum Partai Persatuan Pembangunan (PPP) ini yakin, umat Hindu memberi contoh yang baik pada warga negara lainnya tentang toleransi dan kerukunan umat beragama.

Melalui forum perayanan Hari Raya Nyepi Tahun Baru Saka 1933 ini, Suryadharma mengharapkan umat Hindu dapat menularkan kearifan tersebut atau perilaku keagamaan kepada umat beragama yang lain agar kerukunan umat, kerukunan antarwarga negara, kerukunan sesama saudara sebangsa bisa terwujud dengan sebaik-baiknya.

Sendratari Triyoni Saraswati tampil di Australia


Sendratari Triyoni Saraswati yang dibawakan oleh para penari asal Indonesia akan tampil di hadapan peserta Kongres Parlemen Agama Dunia, 3-9 Desember 2009 di Melbourne, Australia.

Image
Aktifitas Dharmadyaksa di Kongres Parlemen Agama Dunia - Australia 

Sendratari Triyoni Saraswati tersebut menggambar cerita tentang kewanitaan yang mempunyai ilmu kebijaksanaan yang diangkat dari budaya Jawa (Solo), Bali dan Makasar, kata Suprapto Suryodarmo pemilik padepokan Tari Lemah Putih Solo, di Solo, Jumat.


"Tarian Triyoni Saraswati yang menggambarkan kewanitaan yang bijaksana, serta memberikan doa keselamatan dunia," kata Suprapto dan menambahkan lewat budaya ini juga sekaligus untuk menjalin keakraban bangsa satu dengan yang lainnya.
Dalam acara tersebut juga akan diisi tentang masalah budaya yang terkait dalam kepercayaan.
Untuk peserta yang akan tampil dalam sendra tari tersebut yaitu GRAy Koes Murtiyah dari Keraton Kasunanan Surakarta, Arini penari asal Bali, Ida Pedanda Arimbawa dari Bali, Nurlia penari Pakarena asal Makassar, serta Supreapto dari Padepokan Tari Lemah Putih Solo.

Terselenggaranya sendra Tari Triyoni Saraswati di hadapan para peserta Kongres Parlemen Agama Dunia ini berkat kerja sama antara Yayasan Dharma Samuan Tiga Bali dengan Padepokan Lemah Putih Solo. (jy)



10.000 Orang Afrika Beralih Ke Agama Hindu


Mungkin tidak banyak yang mengetahui jika pertumbuhan Agama Hindu sedemikian pesatnya di Benua Afrika. Sebuah situs hindu, Haindava Kairalam melansir berita ini pada bulan Agustus 2009 lalu. Tentu berita ini menjadi berita yang menggembirakan disela-sela kabar lain yang dilansir sumber yang tidak jelas tentang kemerosotan jumlah penganut agama Hindu di muka bumi ini. Berita tentang melonjaknya jumlah penganut Hindu baru ini tentu bertolak belakang dengan berita-berita para penyebar agama sebelah yang entah mendapatkan data dari mana yang selalu mengatakan orang-orang Hindu berduyun-duyun meninggalkan Agama Hindu dan memeluk agama tetangga.



Gambar di atas adalah gambar tokoh yang sangat berjasa dalam penyebaran agama Hindui di Afrika. Beliau adalah Swami Ghanananda Saraswati, seorang suku Asli Afrika dari Ghana. Guru agung ini sedemikian dicintai oleh orang-orang asli Ghana, sehingga uluran tangan beliau mampu menarik 10.000 lebih suku asli Afrika ke jalan Weda.

Berikut beritanya :

10,000 Africans embrace Hindu Dharma in Ghana
11/08/2009 07:04:20 VHP-International

Song of songs Woman singing bhajans at the monastery

As an Indian in Ghana, I soon became aware of the country’s Indian community. It was while working on a photo-essay about crosscultural interactions, especially interracial marriages, that I learnt of the African Hindu Monastery. Now, Ghana is by no means homogenous when it comes to religion. Though predominantly Christian, with Islam being prominent in the north, most Ghanaians still maintain their connections to older traditions of ancestor worship and belief in the spirit world. Hinduism, though, is a foreign and recent entrant, associated with the Sindhi business families who dominate the immigrant Indian population. The presence of an African Hindu community, therefore, came as a surprise. I decided to go and see the place for myself.

The African Hindu Monastery (AHM) is a simple white structure in Odorkor, a suburb of the Ghanaian capital city of Accra. Started in 1975, it is headed by Swami Ghanananda Saraswati. The gentle-voiced Saraswati was born into the traditional African faith. Although he converted to Christianity when both his parents became Christian priests, he continued his search for truth. Attracted by Hindu beliefs and the practice of yoga, he travelled to India. While staying at Swami Sivananda’s ashram in Rishikesh, he decided to embrace Hinduism. At 35, he returned to Ghana and acquired his first disciples, holding lectures to educate Ghanaians about this ancient and foreign religion. Initially, his teachings attracted the literate and the academic – university lecturers and lawyers. Soon, some Indian families started to come. Later, a meeting with one Swami Krishnananda (who was visiting from India) inspired him to set up a monastery “where he could tell people about all that he had learnt in India”.

TODAY, GHANA’S population of 23 million includes 12,500 Hindus, of which 10,000, like their Swami Ghanananda Saraswati, are indigenous Africans. While an older Sindhi temple still exists in Accra (and the Sathya Sais, the Ananda Margis, ISKCON and the Brahma Kumaris are also active), the African Hindu Monastery (AHM) is now Ghana’s largest centre of Hindu worship.
Ghana now has a Hindu population of 12,500, of which as many as 10,000 are indigenous Africans.

The AHM’s iconography and practices provide clues to its hybrid origins. Its nonexclusionist attitude is apparent from the picture of Jesus alongside the Hindu gods on the main mantelpiece, as well as images of spiritual leaders from other religions. There are even images of secular leaders from India. The monastery’s members also believe that the Supreme God is known by other names, such as Yahweh and Allah.

While it identifies itself with Vedic philosophy, with Vishnu as the primary deity, there is an adjoining temple for Shiva. In fact, the day starts with a Shiva Abhishek, followed by an aarti, conducted by the Swami or one of his disciples. This is followed by a havan (fire sacrifice) and the reciting of the Hanuman Chalisa. In contrast to the specially commissioned havans in most Indian temples, all those present can pour a spoonful of oil into the sacred fire. Bhajans in Hindi — sung exquisitely in a Ghanaian accent — might follow. Later, a Vedic text might be discussed, either in English or in a Ghanaian dialect.

The AHM is not just accommodating of multiple religious traditions but also open to people of all races, classes and communities. Indian worshippers are not only members of the dominant Sindhi community, but also recent immigrants: managers and contract labour alike. But most worshippers are Africans, again from different professions and backgrounds. When I asked a disciple about the group’s opinion of the caste system, he pointed out that there is no society in the world that does not break its people up into the privileged and the unprivileged, be it through profession, ancestry or race. Ghanaian Hindus like him, however, are clear that people have an equal right to education, the means to a good life and most importantly, religion.

Some have given their children Hindu names like Rama or Krishna after a naming ceremony CONTRARY TO its name, the monastery has only one monk. Saraswati explains, “Hinduism is a new thing [in West Africa], and I do not want to make somebody a monk who later on abandons monkhood. It would bring a bad name to me and to Hinduism.” Believers who want to become disciples enroll in a six-week residential course, after which they are initiated. The transition to Hinduism is a gradual one. For instance, an African Hindu would continue to have a Christian or Muslim first name and a traditional African last name – for example, Daniele Otchere. But there are disciples who have given their children Hindu first names like Rama or Krishna after a Hindu naming ceremony. Hindu rituals at marriage and cremation (rather than burial) at death are also beginning to be adopted, though not obligatory.

The monastery likes disciples to pray and perform pujas at home. In fact, the performance of rituals is seen as essential to being Hindu. Sometimes, new believers’ desire to perform Hindu-ness is so great that it feels like they are play-acting – like the time when several people fell at the feet of a visiting dignitary to show respect ‘in the traditional Hindu manner’. But then, ritual is often the embodied route to faith.

Dalam artikel tersebut diberitakan juga jumlah populasi penganut Hindu Dharma di Ghana mencapai 12.000 orang dengan penganut Agama Hindu dari suku Ghana asli sebanyak 10.000.

Pulau Bali Gelap Gulita di Malam Perayaan Nyepi

Pulau Bali gelap gulita saat umat Hindu menunaikan ibadah Tapa Brata Penyepian menyambut Tahun Baru Saka 1934, Jumat (23/3) malam. 

Salah satu dari empat pantangan yang dilakukan Umat Hindu pada malam peralihan tahun dari tahun saka 1933 ke 1934 itu menyangkut Amati Geni, yakni tidak menyalakan api maupun lampu penerangan listrik. 

Dengan demikian, suasana gelap gulita terjadi di mana-mana dan masyarakat sejak pagi hari "mengurung" diri dalam rumah masing-masing. 

Pada malam kegelapan itu petugas keamanan desa adat (pecalang) dan tokoh masyarakat di masing-masing desa adat terus melakukan pemantauan menyangkut keamanan di wilayah desa pekraman masing-masing. 

Bali pada malam Hari Raya Nyepi menjadi gelap gulita karena seluruh penerangan listrik di jalan, rumah-rumah milik sekitar 839.619 konsumen tersebar di delapan kabupaten dan satu kota di daerah ini dipadamkan. 

Sementara semua hotel yang tersebar di kawasan Sanur, Kuta, Nusa Dua, dan kawasan wisata lainnya di Bali sedapat mungkin juga tidak menyalakan listrik. Jika dalam kondisi terpaksa, sinarnya tidak sampai menembus jendela atau celah hingga memancar ke luar. 

Kondisi demikian menambah kekhusukan umat Hindu melaksanakan Catur Tapa Brata Penyepian yang meliputi "amati geni" (tidak menyalakan api atau listrik). 

Ketua Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Provinsi Bali I Gusti Ngurah Sudiana mengatakan bahwa pada hakekatnya merupakan tuntunan untuk mengheningkan pikiran dengan mengendalikan api nafsu indria (keserakahan). 

Umat Hindu wajib mematuhinya, dan umat lain dapat melakukan hal yang yang sama. Namun, kalau toh harus menyalakan lampu, tidak mencolok, yakni sinarnya tidak sampai menyorot ke luar rumah. 

PT PLN Distribusi Bali menurut Humasnya Agung Mastika tetap mengoperasikan seluruh pusat pembangkit listrik saat Hari Raya Nyepi. Beberapa instansi vital, khususnya rumah sakit, tetap memerlukan adanya pasokan energi listrik. 

Namun, momen Nyepi ini menadikan PLN Distribusi Bali mampu menghemat lebih dari 50 persen dari kebutuhan. Beban puncak selama ini sekitar 540--545 MW per hari. 

Dengan demikian, pemasukan dana dari penjualan energi listrik itu akan berkurang dari selama ini rata-rata setiap harinya Rp8 miliar. 

"Itu artinya momentum hari suci Nyepi mampu menghematkan pemakaian energi listrik lebih dari 50 persen," ujar Agung Mastika.

Nyepi, Pertamina Hemat 3.000 KL BBM di Bali

PT Pertamina bisa menghemat 3.000 kiloliter bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi di Bali pada saat umat Hindu melaksakanan ritual Hari Raya Nyepi Tahun Baru Saka 1934. "Hanya Bali yang bisa menghemat BBM sebanyak itu," kata Manajer Penjualan PT Pertamina Area Bali-Nusa Tenggara Barat, Iin Febrian, di Denpasar, Jumat.

Ia mengemukakan bahwa dalam satu hari kebutuhan masyarakat Bali akan BBM bersubsidi mencapai 3.000 kiloliter yang terdiri atas 2.300 kiloliter premium dan 700 kiloliter solar.

Dia merasa perlu menyampaikan terima kasih kepada masyarakat Bali yang dalam perayaan Nyepi tidak menggunakan kendaraan bermotor selama 24 jam.

Selain BBM bersubsidi, Pertamina juga menghentikan pasokan 80 kiloliter avtur karena sejak Jumat pukul 06.00 Wita hingga Sabtu (24/3) pukul 06.00 Wita lalu lintas udara melalui Bandar Udara Ngurah Rai ditutup total. "Pada saat pemerintah sedang memikirkan subsidi BBM, masyarakat Bali sudah mampu menghemat penggunaan BBM. Kemungkinan besar, energi listrik juga megalami penghematan," kata Iin menambahkan.

Dia memperkirakan bahwa penggunaan BBM pada hari Sabtu (24/3) akan berkurang 20 persen karena sebagian umat Hindu di Bali masih ada yang melaksanakan ritual. "Sebenarnya mulai Kamis (22/3) sudah berkurang, tapi kami belum bisa menghitung karena waktu itu proses distribusi masih berjalan hingga malam hari," katanya menambahkan.

Selama Hari Raya Nyepi umat Hindu di Bali menjalani ritual tidak melakukan empat hal, yakni bekerja (amati karya), menyalakan api (amati geni), bepergian (amati lelungan), dan mencari kesenangan (amati lelanguan). Selama 24 jam, jalanan di Bali bebas dari asap kendaraan bermotor dan nyala lampu penerangan, baik di jalan umum maupun di rumah warga, berkurang. Siaran televisi lokal dan nasional di Bali juga dimatikan selama 24 jam, termasuk televisi berlangganan di hotel.