Pulau Bali gelap gulita saat umat Hindu menunaikan ibadah Tapa Brata Penyepian menyambut Tahun Baru Saka 1934, Jumat (23/3) malam.
Salah satu dari empat pantangan yang dilakukan Umat Hindu pada malam peralihan tahun dari tahun saka 1933 ke 1934 itu menyangkut Amati Geni, yakni tidak menyalakan api maupun lampu penerangan listrik.
Dengan demikian, suasana gelap gulita terjadi di mana-mana dan masyarakat sejak pagi hari "mengurung" diri dalam rumah masing-masing.
Pada malam kegelapan itu petugas keamanan desa adat (pecalang) dan tokoh masyarakat di masing-masing desa adat terus melakukan pemantauan menyangkut keamanan di wilayah desa pekraman masing-masing.
Bali pada malam Hari Raya Nyepi menjadi gelap gulita karena seluruh penerangan listrik di jalan, rumah-rumah milik sekitar 839.619 konsumen tersebar di delapan kabupaten dan satu kota di daerah ini dipadamkan.
Sementara semua hotel yang tersebar di kawasan Sanur, Kuta, Nusa Dua, dan kawasan wisata lainnya di Bali sedapat mungkin juga tidak menyalakan listrik. Jika dalam kondisi terpaksa, sinarnya tidak sampai menembus jendela atau celah hingga memancar ke luar.
Kondisi demikian menambah kekhusukan umat Hindu melaksanakan Catur Tapa Brata Penyepian yang meliputi "amati geni" (tidak menyalakan api atau listrik).
Ketua Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Provinsi Bali I Gusti Ngurah Sudiana mengatakan bahwa pada hakekatnya merupakan tuntunan untuk mengheningkan pikiran dengan mengendalikan api nafsu indria (keserakahan).
Umat Hindu wajib mematuhinya, dan umat lain dapat melakukan hal yang yang sama. Namun, kalau toh harus menyalakan lampu, tidak mencolok, yakni sinarnya tidak sampai menyorot ke luar rumah.
PT PLN Distribusi Bali menurut Humasnya Agung Mastika tetap mengoperasikan seluruh pusat pembangkit listrik saat Hari Raya Nyepi. Beberapa instansi vital, khususnya rumah sakit, tetap memerlukan adanya pasokan energi listrik.
Namun, momen Nyepi ini menadikan PLN Distribusi Bali mampu menghemat lebih dari 50 persen dari kebutuhan. Beban puncak selama ini sekitar 540--545 MW per hari.
Dengan demikian, pemasukan dana dari penjualan energi listrik itu akan berkurang dari selama ini rata-rata setiap harinya Rp8 miliar.
"Itu artinya momentum hari suci Nyepi mampu menghematkan pemakaian energi listrik lebih dari 50 persen," ujar Agung Mastika.
Salah satu dari empat pantangan yang dilakukan Umat Hindu pada malam peralihan tahun dari tahun saka 1933 ke 1934 itu menyangkut Amati Geni, yakni tidak menyalakan api maupun lampu penerangan listrik.
Dengan demikian, suasana gelap gulita terjadi di mana-mana dan masyarakat sejak pagi hari "mengurung" diri dalam rumah masing-masing.
Pada malam kegelapan itu petugas keamanan desa adat (pecalang) dan tokoh masyarakat di masing-masing desa adat terus melakukan pemantauan menyangkut keamanan di wilayah desa pekraman masing-masing.
Bali pada malam Hari Raya Nyepi menjadi gelap gulita karena seluruh penerangan listrik di jalan, rumah-rumah milik sekitar 839.619 konsumen tersebar di delapan kabupaten dan satu kota di daerah ini dipadamkan.
Sementara semua hotel yang tersebar di kawasan Sanur, Kuta, Nusa Dua, dan kawasan wisata lainnya di Bali sedapat mungkin juga tidak menyalakan listrik. Jika dalam kondisi terpaksa, sinarnya tidak sampai menembus jendela atau celah hingga memancar ke luar.
Kondisi demikian menambah kekhusukan umat Hindu melaksanakan Catur Tapa Brata Penyepian yang meliputi "amati geni" (tidak menyalakan api atau listrik).
Ketua Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Provinsi Bali I Gusti Ngurah Sudiana mengatakan bahwa pada hakekatnya merupakan tuntunan untuk mengheningkan pikiran dengan mengendalikan api nafsu indria (keserakahan).
Umat Hindu wajib mematuhinya, dan umat lain dapat melakukan hal yang yang sama. Namun, kalau toh harus menyalakan lampu, tidak mencolok, yakni sinarnya tidak sampai menyorot ke luar rumah.
PT PLN Distribusi Bali menurut Humasnya Agung Mastika tetap mengoperasikan seluruh pusat pembangkit listrik saat Hari Raya Nyepi. Beberapa instansi vital, khususnya rumah sakit, tetap memerlukan adanya pasokan energi listrik.
Namun, momen Nyepi ini menadikan PLN Distribusi Bali mampu menghemat lebih dari 50 persen dari kebutuhan. Beban puncak selama ini sekitar 540--545 MW per hari.
Dengan demikian, pemasukan dana dari penjualan energi listrik itu akan berkurang dari selama ini rata-rata setiap harinya Rp8 miliar.
"Itu artinya momentum hari suci Nyepi mampu menghematkan pemakaian energi listrik lebih dari 50 persen," ujar Agung Mastika.
0 comments:
Post a Comment